Rabu, 30 September 2015

Bronisku



Bronisku
-
Aku tak pernah tahu kalau kita yang sama-sama keras kepala bisa hidup dalam satu ikatan yang disebut pernikahan. Setiap kali aku ingat kebodohan ini tentu kata cerai yang akan aku ajukan. Aku benci mendengar dengkuranmu. Aku muak dengan suara kecilmu ketika bernyanyi. Seperti sekarang, subuh masih jauh tapi mataku terpaksa harus dalam keadaan segar karena suara ngorokmu yang tak lucu itu.
-
“Hei, kenapa bangun?”
-
Betapa bodohnya pria yang tidur di sebelahku ini. Bukannya merasa bersalah karena suara dengkurannya yang nyaris menyerupai konser music malah bertanya kenapa aku terjaga.
-
“Aku baru saja dari kamar mandi.” Aku memaksakan wajah untuk tersenyum.
-
Mungkin ini pernikahan yang aneh. Kita saling sepakat untuk tak berkata yang menyakiti pasangan ketika di dalam kamar. Kalau saja ini di ruang makan atau sedang menonton tv pasti aku sudah mengomel panjang lebar karena tingkah konyolmu.
-
Pernikahan ini baru akan mencapai sepuluh purnama bulan depan, tapi tetap aku sudah mengalami kebosanan. Inikah kerikil kecil yang mesti aku lalui? Bukankah setahun pertama itu mestinya sangat indah. Lalu mengapa karena hal sepelenya aku sudah bosan.
-
“Ingat, Nduk. Bila dijalan kau menemui batu besar,pasti dengan mudah untuk dihindari agar tidak terjatuh. Berhati-hatilah dengan batu kecil. Kadang kala kita sepele dengan hal kecil begitu, tapi bila kita tidak peka kerikil pun bisa menyebabkan kita jatuh dan terluka. Begitulah dalam pernikahan.”
-
Kenapa nasehat si Mbok tengah bernyanyi di telingaku. Teh melati yang kami hadapi bersama di minggu cerah ini belum juga tersesap. Sementara suamiku seperti orang bodoh menantiku buka suara sejak subuh tadi. Kurang tidurku semalam memicu rasa sensitif. Ini bermula dengan deadline akhir tahun dari kantor yang memaksaku untuk lebih focus pada pekerjaan timbang perasaan.
-
“Tuan puteri, kenapa diam saja sih. Kangen tauk.”
-
Wajahku semakin manyun disertai pandangan yang kurang bersahabat. Ah, dia ini selalu bikin kesal. Kenapa mesti memaksa aku membuka suara saat begini. Dasar brondong!
-
“Iya. Iya.”
-
Kalau saja Mbok tidak memaksa untuk segera mengakhiri masa lajang ini, mungkin pernikahan dengan Putra takkan terjadi. Sejak dulu aku tak ingin menikah dengan lelaki yang usianya lebih muda. Tapi …
Aku mengambil jalan pintas segera menikah agar Mbok tak lagi bicara hal mitos kalau anak perawan lewat usia tiga puluh tahun tidak akan menikah selamanya. Wiwww mengerikan pernyataan pernyataan konyol ini.
-
Hanya Putra yang bersedia kuajak menikah beberapa bulan lalu. Semua lelaki yang dekat denganku menolak dengan alasan kurang meyakinkan. Kalau saja aku menikah dengan Anwar, lelaki dewasa yang tak hanya umur namun matang dalam pemikiran. Kenapa dia menolak dengan alasan belum siap untuk membangun keluarga? Atau ini semata buka karena lelah tapi merindukan Anwar.
-
“Ran, bicaralah. Aku salah apa?”
-
Sudah berapa lama aku mendiamkan dia? Aku masih saja asik dengan pikiranku yang memutar memori masa lalu dengan Anwar. Lelaki ini? Kenapa masih saja ada di depanku, bukankah lebih baik dia pergi mengurus tanaman jahe-nya di pekarangan belakang.
-
“Dokkon ma. Aha do salahku?”
-
“ Ha ha ha”
-
Nyaris memecahkan khayalanku yang indah tentang Anwar. Bagaimana mungkin aku tidak tertawa, Putra dengan logat jawanya yang medhok menggunakan bahasa dari tanah kelahiranku; Batak.
-
Harusnya aku lebih yakin, kebahagiaan itu sederhana. Cinta bisa tumbuh dengan saling membuka diri. Bertahanlah dengan ketulusanmu, kuyakin hati ini bisa kau kuasai sepenuhnya.

ZT, 30/09/2015
*) sumber gambar: google

Senin, 28 September 2015

Belajar Dari Film, kenapa gengsi?

Yaadein







Akhirnya punya waktu juga untuk menuliskan film yang bagiku begitu berkesan. Aku memang sangat menyukai film India karena perjuangan cintanya itu lho yang menurutku so sweet beud, he he he
Kalau udah nonton film romance India pasti berasa lupa umur karena klepek-klepek dengan perjuangan sepasang kekasih atas virus merah jambu itu. Kalau kata mereka drakor oke punya maka aku memilih setia untuk tetap  menjadi penikmat sejati film India.
Nah bercerita tentang film apa yang berkesan, tentu aku akan memilih satu dari sekian banyak judul film India yang pernah  dinikmati bahkan sampai menguras bak kelopak netra ini. Ciehhh … Plak! Plok!
Sengaja memilih satu yang berbeda yakni kisah yang mengangkat tema yang sebenarnya tak jauh-jauh dari cinta tapi dikemas dengan cerita apik. Film apa itu? Yaadein.
Yaadein sendiri artinya kenangan. Film ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang ditinggal wafat istrinya. Meninggalkan tiga orang putri yang saat itu mulai beranjak dewasa. Sang istri berpesan bahwa untuk mendidik ketiga buah hati mereka dengan menjadi sahabat bagi anaknya sendiri.
Perjuangan yang cukup berat bagi seorang lelaki. Bagaimana membesarkan sendirian ketiga buah hati dengan peran ayah, ibu bahkan posisi terberat yakni sahabat. Di sini letak kekuatan emosional dalam keluarga yang dibangun dengan rasa persahabatan tidak dibangun berdasarkan aturan berlaku antara anak juga orangtua.
Film ini sukses membuka mata bagi siapapun yang bersedia LEBIH peka dalam mendidik anak. Semoga jabaran yang kutulis tidak keliru terlebih salah.  Memang menjadi orangtua terkadang menjadikan kita egois karena merasa selalu lebih benar. Sikap itu melahirkan keinginan untuk selalu dihormati bahkan ditakuti, padahal jika saja mendidik anak atas rasa persahabatan akan menghasilkan kedekatan yang lebih kuat.
Bahkan dalam agama pun dijelaskan bahwa cara mendidik yang tepat bagi anak yang usianya beranjak dewasa dengan cara menjadi sahabat bagi anak itu sendiri agar si anak tumbuh menjadi pribadi yang berkembang dan penuh percaya diri. Menjadi sahabat tentunya akan memberi efek nyaman untuk kondisi psikis anak.
 Kisah cintanya ada gak? Ada dong. Gak seru bila film India tidak dibumbui dengan kisah asmara. Tokoh yang bernama Ronit dan Isa akhirnya menikah. Cinta mereka tidak dibangun dengan pacaran namun dengan jalinan persahabat pula. Memang lebih langgeng ya cinta yang begitu. Mupeng dah ah. Yang pengen tahu kisah lengkapnya cari gih kasetnya atau kalau ada download dari internet. Gak rugi kok meluangkan waktu menonton film yang mengandung ibrah. Intinya jangan lihat siapa yang member namun pandang manfaat yang didapat.
ZT, 28/09/2015 

Tulisan ini diikutsertakan dalam give away

Minggu, 27 September 2015

Sepotong Cerita dari Negeri Aksara


“Bikin cerpen begini gimana caranya?”

“Ajarin buat tulisan begini dong.”
'
Pernah gak menemukan contoh kalimat di atas? Tepatnya, siapa yang tergabung dalam grup kepenulisan pasti akan menjawab pernah bahkan sering. Nah apa sih yang ada dalam pikiran kita sebagai sesama pembaca sebuah tulisan dan apa pula tanggapan atas komentar tersebut? Santai ya jangan pakai urat apalagi pakai otot. Hah. Basi ternyata istilah itu.
'
Akhir-akhir ini, grup kepenulisan menempati perhatian yang cukup baik bagi pengguna social media. Terbukti banyaknya tumbuh dan berkembang grup yang mengasuh para member untuk memuliakan hidup lewat tulisan. 
'
Dari sekian banyak member tentu kita akan menemukan anggota aktif atau silent reader. Pengalaman saya sendiri, tergabung dalam sebuah grup menulis yang saat ini sudah menampung ratusan ribu member hanya beberapa kali saja menulis di sana. Itu juga setelah beberapa bulan tergabung, merasa diri terpanggil untuk melakukan hal yang sama.
'
Pernahkah saya melakukan hal di atas? Jawabnya pernah. Ketika saya masih menjadi silent reader kemudian menemukan tulisan yang memukau, membuat klepek-klepek dan apalah namanya terserah. Dan komentar di atas juga mengandung tujuan tertentu pula. Ada yang benar-benar ingin belajar, ada yang hanya ingin menjebak si pemosting ada pula yang hanya ingin modus. Santai. Maksudnya hanya ingin lebih dekat dengan penulis, bias jadi dia nge-fans tulisan berikut orangnya. Bolehkah? Boleh saja asal tidak baper alias bawa perasaan. 
'
Loh kok bisa berani menyimpulkan tujuan seperti itu? Sekali lagi santai, jangan baper yak. Kesimpulan itu gak semata saya dapat dalam sehari bergabung. Dalam kurun waktu setahun saya menangkapnya. Setelah melewati posisi silent reader, berani menulis dan mengenal member dengan segala macam karakter dan tujuannya. Saling berbagi informasi serta berita baik lewat social media maupun lewat telepon seluler. Dari interaksi take n give inilah kita mengetahuinya.
'
Kita bahas tujuan yang pertama. Benar ingin belajar menulis. Nah, di sini letak dilemanya. Dilema bagaimana? Wong sudah tergabung dalam grup nulis kok masih nanya gimana cara menulis? Plak! Tolong sadarkan saya atas tulisan ini. Saya pernah ada diposisi ini. Tergabung dalam grup nulis, tiap hari membaca dan masih tanpa malu menanyakan bagaimana cara menulis. Setelah sekian lama terkurung dalam pertanyaan bodoh, akhirnya menyadari bahwa itu hanya mempermalukan diri sendiri.
'
Sudah sering baca kalau mau jadi penulis itu ya harus nulis. Menulis saja dulu apa yang ada dipikiran sekalipun hanya ide tulisan yang biasa saja. Banyak-banyak membaca, sebab bacaan itu adalah makanannya penulis. Begitu kata para penulis.
'
Jadi solusinya bagaimana? Ya sudah, beranikan diri saja untuk menulis. Orang yang menuntut ilmu di sekolah aja gak langsung pintar baca dan nulis. Step by step, kenali huruf, nulis satu-satu dan begitulah seterusnya sampai pintar. Untuk memiliki sebuah karya juga begitu, belajar dari karya yang sederhana barulah melahirkan karya yang luar biasa. Sudah berani? Lakukanlah. Tulis dan posting di grup dan biarkan tulisanmu menemukan takdirnya sendiri. Apakah mendapat sambutan hangat, dicuekin atau bisa jadi dicekal. Keberanian menulis di sana juga melatih mental lho. Monggo buktikan.
'
Menjebak si pemosting. Rada horror ya. Nah, dalam grup menulis saya tidak memakai adanya istilah senior atau junior. Saya lebih senang menyebut member lama dengan member baru. Saya pernah menjumpai kasus ini, bahkan merasa dapat teman yang sependapat ketika membahas ini di belakang layar. Plak! Gosip ceritanya.
'
Member lama yang dulunya aktif menulis di sana lalu hilang dari peredaran. Mungkin saja sibuk di dunia nyata dan memilih sebagai penyimak dulu. Lalu ada member baru yang menulis apalah itu. Sebuah tulisan yang menurut beliau menarik dan niatnya berkomentar hanya ingin menguji, baik itu ilmu maupun sikap penulisnya. Nah, jeng jeng. Kalau saja si penulis tidak cerdas menanggapi bisa saja dia menjelma sebagai member yang songong bin belagu. Hah. Plak! Sadis.
'
Iyalah. Member lama kadang pasang wajah dungu hanya ingin melihat karakter si penulis. Apakah dia benar pintar, sok pintar atau belajar pintar. Silakan simpulkan sendiri yang penting menanggapinya dengan santai jangan baper apalagi pakai urat. Saran saya sih, kalau ingin menjadi penulis sejak awal tanamkan sikap bersahaja sehingga ketika mendapat jebakan tidak akan terperosok kedalamnya.
'
Yang terakhir modus. Nih yang seru buat saya. Pengalaman? Iyalah. Saya pernah pura-pura ngotot minta diajarin ini itu cuma untuk menjalin komunikasi dengannya. Jangan ditiru. Boleh dekat ya tetap jangan baper, karena niat bergabung dalam grup nulis ya untuk melahirkan sebuah karya. Kalau bapernya sudah masuk dalam urusan asmara nanti urusannya ribet. Cinta di dunia maya itu jauh lebih sakit dari dunia nyata. 
'
Nah begitulah secuil cerita dalam grup kepenulisan. Silakan ambil yang baik dan tinggalkan keburukannya. Banyak membaca dan mempelajari keadaan bias menjadi satu ide tulisan. Lebih peka terhadap lingkungan sekitar juga cara sederhana menuangkan aksara dalam tulisan.
ZT, 27/09/2015

Rabu, 23 September 2015

Catatan Sebelum Tidur

sepertinya untuk aktif mengisi blog dengan tulisan manfaat belum terpenuhi. kondisi fisik blog saja belum menarik. aku terlalu banyak excuse sepertinya.
'
tak mengapa, sekalipun belum mampu untuk menulis yang inspiratif, aku memulai kebiasaan yang sempat tertunda. menurut nasehat, orang yang menjalin silaturrahmi akan diperpanjang umurnya, diluaskan rezekinya, In Sya Allah :)
'
kebiasaan apa itu? aku kembali membaca satu per satu karya warga KBM dan meninggalkan like serta komentar. apa fungsinya? untuk mereka mengenal aku, niatnya bukan untuk menjadi artis dumay, hanya untuk menjalin kekeluargaan. alasan lain akan ditulis pada postingan selanjutnya di waktu yang tepat.
'
tertarik dengan perkembangan warganya yang menyuguhkan karya baru setiap harinya. tak ada lagi postingan yang disebut sampah. huhu
hatiku terketuk. mana di wall ada seliweran yang pamer tulisannya dimuat dalam sebuah situs juga ada yang upload cover buku.
'
aku?
'
plakkkk! boboknya kelamaan. sepertinya memang harus kejam pada diri sendiri. dari dulu juga ngomongnya gitu :/
'
pengen nangis rasanya ketika tadi dalam kurun waktu berjam-jam tak mampu menyelesaikan tulisan dengan baik. apa sebabnya?
'
hatiku. hueeee :/
'
dendam masa lalu yang berujung kebencian memburamkan hati. tak semestinya ini ada. hati yang keruh tak mampu menyampaikan nasehat. astaghfirullah :(

'
ZT, 23/09/2015

Minggu, 20 September 2015

Lakukan Kebaikan Meskipun Sederhana



Barusan mendapati tulisan di KBM berupa artikel tentang nilai kebaikan dari sebuah perbuatan meskipun kecil bentuk tindakannya. Postingan tersebut ditulis oleh Muh Rio Nisafa, moga tidak salah orang, yang menceritakan kisahnya sepulang shalat jumat. Pengalaman langsung berupa tindakan nyata yang dilakukan temannya dengan membantu seorang takmir masjid menggulung sajadah panjang.
'
Memang tanpa kita sadari setiap kali habis shalat, mungkin langsung pergi. Kalau sajadah memang jarang digulung tiap kali habis sahalat, namun fasilitas lain seperti mukena misalnya atau ketika masuk ada membawa minuman cup kecil. Hal-hal seperti itu sebenarnya pernah kita lakukan tanpa memikirkan mereka yang bertugas di masjid. Mukena gak dilipat dengan rapi atau dengan sengaja menggantung ala kadarnya saja. Sampah kecil yang sengaja ditinggal. Duh malu. 
'
Hmm … ada pengalaman ketika kemarin mengikuti pelatihan. Ini cerita yang berbeda dari postingan sebelumnya. Kali ini berbagi secuil tindakan nyata yang memang aku lakukan mirip dengan kisah yang dituturkan mas Rio.
'
Pagi sebelum check out dari hotel aku menyempatkan diri membereskan kasur. Semua kulakukan bukan mengingat ada kebaikan di dalamnya tapi Karena di rumah memang begitu. Sebelum keluar kamar, kasur harus bersih dan rapi dulu.
'
“Ngapain Kakak beresin?” kata salah seorang teman tidurku semalam. Kami bertiga menempati kamar mewah itu. Sebenarnya memang bukan tugas kami membereskanya sebab sudah dibayar dengan harga tinggi. Plak! Abaikan ya.
'
“Gak apa-apa. Hitung-hitung belajar jadi istri yang baik besok. Ho ho ho” jawabku sekenanya.
'
Selesai dan langsung keluar. Menuju lantai bawah untuk sarapan kemudian langsung berangkat ke gedung melanjutkan pelatihan selanjutnya.
'
Tepat azan zuhur berkumandang, acara selesai ditandai dengan penutupan. Sebelum bubar pertemuan masih di akhiri dengan makan siang bersama. 
'
Kembali selesai makan, beberapa di antara operator peserta pelatihan langsung pulang dan meninggalkan bekas makannya di atas meja.
'
Aku memulai dengan mengumpulkan bekas makan sendiri dan membuang di tempat yang sudah disediakan. Lagi-lagi ini karena di rumah terbiasa dengan kebersihan. Kalau makan tidak boleh berserakan barang sebutir nasi, apalagi kotak dan cup bekas makan.
'
“Ngapain lagi Kakak bersihkan. Nanti kan ada petugasnya,” kata temanku tadi.
'
Kali ini jawabku berbeda. “Kita di sini kan dalam usaha mencari nafkah, dan yang orang yang bekerja sebagai petugas kebersihan ini pun mencari nafkah.”
'
Tanpa kujelaskan mungkin mereka yang mendengar paham. Tidak salah jika kita meringankan beban mereka sedikit saja. Dan tindakan itu diikuti oleh peserta lainnya. Tanpa dikomando masing-masing membuang sampah pada tempatnya.
'
Tiada bermaksud untuk riya atas tulisan sederhana ini. Cuma ingin berbagi, agar terbiasa peka pada hal kecil di sekitar. Tidak ada salahnya membuat orang lain tersenyum karena sudah membantu pekerjaan mereka. Alhamdulillah.

ZT, 20/09/2015 – Menjelang tidur 22.29 wib

Buang Saja Masa Lalu

Pagi-pagi nyetel lagu dangdut lawas itu rasanya sesuatu banget ya? begitulah caraku menikmati weekend yang selalu dinanti setiap minggu. nahloh? abaikan yang ini. Aku menikmati setiap moment luang yang ada karena sejak belajar nge-blog dan nulis rasanya tidak tahu bagaimana enaknya waktu istirahat. halah! lebay :p
.
Tnpa sengaja tadi memilih lagu evi tamala yang diputar lewat youtube. Tahu sendiri dong suara sendu dengan alunan musik nan mendayu-dayu pengen bobok unyu deh. hakhak :v
nah, kebetulan lagu yang pertama kali diputar adalah kandas. Ceritanya lagu ini dengan satu contoh nyata yang kulihat sendiri ketika pelatihan kemarin. pelatihan apa? sttttt! jangan kepo soal ini yah. he he he
.
Kandas bercerita tentang kasih sayang sepasang kekasih yang tak sampai karena salah satu pihak ada yang selingkuh. Perpisahan tak dapat dihindari. Sekian lama berpisah akhirnya mereka bertemu, dan cinta yang dulu pernah ada tanpa rasa tambahan atau rindu buatan akhirnya bersemi lagi. Untungnya si wanita menyadari itu, tak mungkin kembali merajut kisah yang telah usang. hadehhhhh :(
.
Kaitannya dengan fakta yang kulihat sendiri apa? sabar sabar.
.
Sebelum pembekalan malam itu berakhir, saat sesia tanya jawab tengah berlangsung, rekan di sebelahku menerima telpon dari seseorang. gelagatnya sih seperti bukan dengan pasangan sahnya. kok? bukan aku su'udzon, tanpa aku kepoin, beliau langsung cerita.
.
sampai di hotel-lah cerita itu kudapat. sebutlah dia mbak Ni, sudah menikah hampir sepuluh tahun dan sudah dikaruniai seorang putri yang cerdas. Orang yang menelpon mbak Ni tadi adalah sang mantan. mereka berpisah sama persis seperti kisah yang dituturkan dalam lagu kandas. sang mantan selingkuh dengan wanita lain hingga menjalin hubungan cinta terlarang. mereka putus karena lelaki yang dicintainya itu lebih memilih wanita selingkuhannya dengan alasan tak mungkin ditinggal karena dia akan bertanggung jawab.
.
Sakit? tentu saja. stress? iyalah.
beliau mengaku kalau saat terjadi, dia mengalami galau akut istilah kita sekarang. menjelang ujian akhir, diputus pacar pulak. plak! plok! sakit kan? makanya setuju banget deh kalau ada yang nasehatin #UdahPutusinAja
maksudnya memang pacaran itu gak ada yang menguntungkan.
.
Nah kembali lagi. Akhirnya mereka saling terpisah. Mbak Ni dengan kekalutannya lalu memilih lelaki lain dan mengajaknya menikah. Dan lelaki itu mungkin juga sudah menikah. hah! *gue yang ribet
.
Dan beberapa waktu terakhir mereka bertemu lagi lewat jejaring sosmed. Komunikasi terjalin lagi dan mereka saling menikmati rasa yang dulu pernah dinikmati bersama. Lalu?
.
Inilah yang seharusnya tidak boleh dilanjutkan. Cukuplah sekali saja terima telpon darinya untuk menjelaskan bahwa semuanya sudah baik-baik saja. Entah aku yang tidak paham atau karena belum menikah. Kondisi seperti ini baiknya jangan dibiarkan berlarut. Bagaimana pun ini tak akan berlangsung lama.
.
Cinta yang hadir setelah menikah hanyalah godaan sesaat. Andaipun cinta mereka bersatu kembali pasti ada pihak yang tersakiti. Bercerai sudah pasti dan korban yang pertama adalah anak. baiknya sebagai orang dewasa jangan berpikir egois.
.
Jika keadaan ini terjadi padaku, dan memang pernah terjadi. Mantan pacar yang dulu meninggalkan karena menikah dengan wanita lain pernah hadir kembali setelah dia punya anak. Alasan yang tak masuk akal, katanya dia tak bisa mencintai istrinya lalu kenapa ada anak? huh :3
.
Aku menarik situasi itu pada diri. Jika suamiku yang demikian tentu aku tak ikhlas. Tak ingin pernikahan itu kandas karena orang ketiga. Dan hal yang paling gampang diingat adalah memutar kembali apa yang dulu pernah dilakukannya. Dia pergi meninggalkan dan menikah dengan wanita lain tanpa menghiraukan perasaanku. Gampang kan?
.
Jika dulu saja dia tega melakukan itu apalagi sekarang sudah punya anak. sebejat-bejatnya lelaki, dia masih punya kasih yang tulus pada anaknya. dia akan memilih anaknya dibanding kita. maka, lupakan aja cinta gila itu.
.
Masa lalu itu seperti kertas buram yang berisi coretan tak penting, baiknya dibuang saja. disimpan hanya akan mengundang tikus untuk bersarang di sana. Jadi?
Tatap saja masa depan dengan pasangan yang sudah ikhlas menerima kita. Menampung kita saat terluka di masa lalu. Bersedia menjadi pengobat luka yang bukan dia pelaku sakit itu adalah orang mulia. Bila kita di posisi itu, sanggupkah kita menerima kecurangan ini?
.
Pikirkanlah!
.
ZT, 20/09/2015 07.40 WIB -- Mata yang masih mengantuk :)

Jumat, 18 September 2015

Rindu Itu Musuh



Aku punya musuh, namanya rindu. Rindu itu kamu yang mengharuskan aku merasakan dada menyesak karena rasa yang mungkin tak pernah kau mengerti.

Bila saja boleh, tentu aku akan mengatakan kalau kau begitu jahat. Kau tahu ini rindu, namun membiarkan aku harus mengeja luka karenanya.

Sengaja aku tak ingin larut dalam pengharapan yang belum pasti, katamu kau selalu ada namun bukan untuk mendekapku dalam halal. Jahat sekali, bukan?

Jadi wajar saja bila aku menyebut rindu sebagai musuh. Jangan merasa kasihan apalagi sampai taraf iba, karena sejak aku menyatakan ‘bangkit’ dari luka masa lalu, aku takkan membiarkan diri ini sakit kembali. Tak merelakan bila ada belas kasihan karena kisah yang kubagi bercerita tentang adam yang berkhianat.
Aku tak ingin mencurangi diri sendiri dengan mencari tahu tentangmu pada orang yang berada dalam lingkaran pertemanan. Aku melihatmu dalam nyatanya adaku, namun aku tak mampu menyentuhmu dengan sebuah kata rindu. 

Mungkin bisa saja dalam senyap aku menelisik semua tentangmu dengan cara yang tak beradab, tapi itu bukan gadismu yang manja. Gadismu ini ingin mendapatkan rasa yang tulus. Dari jauh sini aku selalu menghadiahimu doa yang terbaik.
Malam Berhias Rindumu, Mas. Aku kangen …

ZT, 17/09/2015