Obrolan ringan malam ini
dengan seorang lelaki yang berstatus sudah menikah berpuluh tahun. Beliau ini
saya kenal di sebuah grup kepenulisan. Awalnya kami hanya saling sapa seputar
kejadian dalam kehidupan sehari-hari, termasuk perhatian yang beliau tunjukkan
bila saya memposting tulisan galau.
-
Dengan sediki
keberanian, saya mencoba bertanya sesuatu yang sebenarnya ini sebagai bahan
pelajaran sendiri jika nanti sudah menikah. Proses belajar yang sangat panjang
dan perjuangan tiada akhir berada dalam kayuhan biduk bernama rumah tangga. Setiap
detik terus menambah ilmu melalui interaksi yang terjadi dengan pasangan.
-
Berikut percakapan sederhana yang tadi kami bincangkan lewat jendela chat.
Saya
: S Beliau: B
-
S : Om sudah lama menikah, boleh tahu gak
secara umum hal apa yang tidak disukai seorang suami terhadap pasangannya?
B : Tidak pernah berubah.
S : Maksudnya?
B : Contohnya kecilnya begini. Apa yang
dulu dilakukan saat awal menikah yang jangan pernah diubah kebiasaan itu. Misalnya
saat pertama kali mulai hidup bersama membiasakan tidak buang angin
sembarangan, ya meski sudah tua begini jangan dilupakan. Bila sejak awal ketika
makan mengambilkan nasi suami ya sampai sudah menjadi buyut begini tetap
lakukan saja. Termasuk dalam hal penampilan, suami tidak menuntut untuk
berpakaian norak seperti artis setidaknya memakai baju yang bersih dan rapi.
S : Ternyata hal itu tak boleh luput dari
ingatan ya, Om. Kalau dengan kebawelan wanita bagaimana? Bawel sepertinya
identik dengan wanita yang sudah menikah. *maaf*. Perlu saya tanyakan sebab
ingin tahu bagaimana hati suami menanggapi ini.
B : Kalau sejak menikah sudah bawel ya
jangan berubah, kadang bawel itu buat kangen lho.
S : Hmm …apakah ada hal lain lagi yang
boleh saya tahu. Privasi misalnya?
B : Semua orang punya masa lalu, Rana. Kita
yang menikah hidup untuk menjalani masa depan. Sebaiknya sepakat untuk
masing-masing melupakan masa itu. Jangan saling ungkit dan mencemburui. Kisah silam
itu salah satu pemicu keributan dalam rumah tangga.
Sampai
di sini saya berhenti sejenak dengan obrolan itu. Ada beberapa point yang patut
menjadi alarm bila nanti sudah menikah. Catatan yang perlu digaris bawahi
khususnya buat saya adalah masa lalu. Cemburu yang saya miliki mungkin terlalu
besar, hah, ini mah korban perasaaan. *abaikan
-
Mengenai
saling melupakan masa lalu sebelumnya sudah saya dengar dari pasangan Adi Nugroho
dan Donita yang sepakat dekat ini. Yupz, hal ini perlu direalisasikan bila
nanti sudah punya pasangan.
-
Melanjutkan
obrolan.
-
S : Bagaimana jika kecemburuan itu tak
dapat dielakkan, Om?
B : Masing-masing pihak harus cepat
menyadari tujuan pernikahan itu apa. Jangan jadikan hal sepele dan cemburu itu
menjadi penyebab keributan dalam rumah tangga.
Beliau
pun sempat menambahkan nasehat begini: “Bila seseorang mempunyai kecemburuan
yang besar, carilah pasangan yang sabar menghadapi kondisi itu. Mumpung Rana
masih single masih ada waktu memperbaiki diri juga menyeleksi calon suami
nantinya. Intinya saling memahami, mungkin pernikahan itu akan mudah dijalani. Tidak
ada yang sempurna karena masalah pasti akan muncul, namun kembali lagi bahwa
tujuan menikah karena Allah untuk ibadah maka apapun itu coba kembali dan
berserah pada-Nya. In Sya Allah.”
-
Saya
sendiri belum menikah. Namun tidak ada salahnya mencari ilmu buat bekal nanti
berumahtangga. Semoga tulisan ringan ini mengandung manfaat ya. :)
-
ZT,
01/10/2015 22.24 WIB
*)
sumber gambar: google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih sudah berkunjung. Sila tinggalkan komentar yaaa :)