Kamis, 01 Oktober 2015

Jangan Pernah Berubah



Obrolan ringan malam ini dengan seorang lelaki yang berstatus sudah menikah berpuluh tahun. Beliau ini saya kenal di sebuah grup kepenulisan. Awalnya kami hanya saling sapa seputar kejadian dalam kehidupan sehari-hari, termasuk perhatian yang beliau tunjukkan bila saya memposting tulisan galau.
-
Dengan sediki keberanian, saya mencoba bertanya sesuatu yang sebenarnya ini sebagai bahan pelajaran sendiri jika nanti sudah menikah. Proses belajar yang sangat panjang dan perjuangan tiada akhir berada dalam kayuhan biduk bernama rumah tangga. Setiap detik terus menambah ilmu melalui interaksi yang terjadi dengan pasangan.
-
Berikut percakapan sederhana yang tadi kami bincangkan lewat jendela chat.
Saya : S               Beliau: B
-
S       : Om sudah lama menikah, boleh tahu gak secara umum hal apa yang tidak disukai seorang suami terhadap pasangannya?
B       : Tidak pernah berubah.
S       : Maksudnya?
B       : Contohnya kecilnya begini. Apa yang dulu dilakukan saat awal menikah yang jangan pernah diubah kebiasaan itu. Misalnya saat pertama kali mulai hidup bersama membiasakan tidak buang angin sembarangan, ya meski sudah tua begini jangan dilupakan. Bila sejak awal ketika makan mengambilkan nasi suami ya sampai sudah menjadi buyut begini tetap lakukan saja. Termasuk dalam hal penampilan, suami tidak menuntut untuk berpakaian norak seperti artis setidaknya memakai baju yang bersih dan rapi.
S       : Ternyata hal itu tak boleh luput dari ingatan ya, Om. Kalau dengan kebawelan wanita bagaimana? Bawel sepertinya identik dengan wanita yang sudah menikah. *maaf*. Perlu saya tanyakan sebab ingin tahu bagaimana hati suami menanggapi ini.
B       : Kalau sejak menikah sudah bawel ya jangan berubah, kadang bawel itu buat kangen lho.
S       : Hmm …apakah ada hal lain lagi yang boleh saya tahu. Privasi misalnya?
B       : Semua orang punya masa lalu, Rana. Kita yang menikah hidup untuk menjalani masa depan. Sebaiknya sepakat untuk masing-masing melupakan masa itu. Jangan saling ungkit dan mencemburui. Kisah silam itu salah satu pemicu keributan dalam rumah tangga.
Sampai di sini saya berhenti sejenak dengan obrolan itu. Ada beberapa point yang patut menjadi alarm bila nanti sudah menikah. Catatan yang perlu digaris bawahi khususnya buat saya adalah masa lalu. Cemburu yang saya miliki mungkin terlalu besar, hah, ini mah korban perasaaan. *abaikan
-
Mengenai saling melupakan masa lalu sebelumnya sudah saya dengar dari pasangan Adi Nugroho dan Donita yang sepakat dekat ini. Yupz, hal ini perlu direalisasikan bila nanti sudah punya pasangan.
-
Melanjutkan obrolan.
-
S       : Bagaimana jika kecemburuan itu tak dapat dielakkan, Om?
B       : Masing-masing pihak harus cepat menyadari tujuan pernikahan itu apa. Jangan jadikan hal sepele dan cemburu itu menjadi penyebab keributan dalam rumah tangga.
Beliau pun sempat menambahkan nasehat begini: “Bila seseorang mempunyai kecemburuan yang besar, carilah pasangan yang sabar menghadapi kondisi itu. Mumpung Rana masih single masih ada waktu memperbaiki diri juga menyeleksi calon suami nantinya. Intinya saling memahami, mungkin pernikahan itu akan mudah dijalani. Tidak ada yang sempurna karena masalah pasti akan muncul, namun kembali lagi bahwa tujuan menikah karena Allah untuk ibadah maka apapun itu coba kembali dan berserah pada-Nya. In Sya Allah.”
-
Saya sendiri belum menikah. Namun tidak ada salahnya mencari ilmu buat bekal nanti berumahtangga. Semoga tulisan ringan ini mengandung manfaat ya. :)
-
ZT, 01/10/2015 22.24 WIB
*) sumber gambar: google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah berkunjung. Sila tinggalkan komentar yaaa :)