Sabtu, 12 September 2015

Tamu Mantan

Semalam aku kedatangan tamu, mantan namanya. Masih serupa seperti dulu, hadir dengan sebuah puisi ungkapan rindu.
.
"Masuklah," ajakku.
Tak enak juga membiarkan dia berdiri dengan diksi mendayu dayu itu.
.
"Bolehkah aku mengungkapkan sesuatu?"
.
Sengaja tak kujawab. Dia kusuguhi segelas kenangan beserta camilan luka dan kecewa.
.
"Apa gerangan kau datang? Ingin menyegerakan bukti pengkhianatanmu kah?" cecarku dengan dua pertanyaan.
.
Kami satu sama, saling melempar tanya juga berdiam dalam bungkam menjawab.
.
"Pernahkah kau tau tentang mantan terindah?" tanya-nya lagi.
.
"Kau jangan bodoh! Tidak ada mantan terindah, sebab jika indah tak mungkin menjadi mantan," jawabku ketus.
.
Dan begitulah hingga menit ketiga puluh kita tak jua berada dalam obrolan yang bersahabat. Kau menikmati setiap tegukan kenangan itu. Daaann, kini kau mulai mencicipi apa itu luka dan kecewa.
.
"Pulanglah. Hari kan terus berganti."
.
Aku mengantarmu sampai depan pintu masa depan.
.
Aku berhak bahagia. Masa lalu boleh saja berisi kisah kelam, tapi aku punya hari esok yang masih kosong dari kisah apapun. Kali ini, aku hanya akan menuliskan kisah indah tentangmu; masa depanku.
.
ZT, 10-09-2015 -- menjelang makan siang dengan mata mengantuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah berkunjung. Sila tinggalkan komentar yaaa :)