Minggu, 27 September 2015

Sepotong Cerita dari Negeri Aksara


“Bikin cerpen begini gimana caranya?”

“Ajarin buat tulisan begini dong.”
'
Pernah gak menemukan contoh kalimat di atas? Tepatnya, siapa yang tergabung dalam grup kepenulisan pasti akan menjawab pernah bahkan sering. Nah apa sih yang ada dalam pikiran kita sebagai sesama pembaca sebuah tulisan dan apa pula tanggapan atas komentar tersebut? Santai ya jangan pakai urat apalagi pakai otot. Hah. Basi ternyata istilah itu.
'
Akhir-akhir ini, grup kepenulisan menempati perhatian yang cukup baik bagi pengguna social media. Terbukti banyaknya tumbuh dan berkembang grup yang mengasuh para member untuk memuliakan hidup lewat tulisan. 
'
Dari sekian banyak member tentu kita akan menemukan anggota aktif atau silent reader. Pengalaman saya sendiri, tergabung dalam sebuah grup menulis yang saat ini sudah menampung ratusan ribu member hanya beberapa kali saja menulis di sana. Itu juga setelah beberapa bulan tergabung, merasa diri terpanggil untuk melakukan hal yang sama.
'
Pernahkah saya melakukan hal di atas? Jawabnya pernah. Ketika saya masih menjadi silent reader kemudian menemukan tulisan yang memukau, membuat klepek-klepek dan apalah namanya terserah. Dan komentar di atas juga mengandung tujuan tertentu pula. Ada yang benar-benar ingin belajar, ada yang hanya ingin menjebak si pemosting ada pula yang hanya ingin modus. Santai. Maksudnya hanya ingin lebih dekat dengan penulis, bias jadi dia nge-fans tulisan berikut orangnya. Bolehkah? Boleh saja asal tidak baper alias bawa perasaan. 
'
Loh kok bisa berani menyimpulkan tujuan seperti itu? Sekali lagi santai, jangan baper yak. Kesimpulan itu gak semata saya dapat dalam sehari bergabung. Dalam kurun waktu setahun saya menangkapnya. Setelah melewati posisi silent reader, berani menulis dan mengenal member dengan segala macam karakter dan tujuannya. Saling berbagi informasi serta berita baik lewat social media maupun lewat telepon seluler. Dari interaksi take n give inilah kita mengetahuinya.
'
Kita bahas tujuan yang pertama. Benar ingin belajar menulis. Nah, di sini letak dilemanya. Dilema bagaimana? Wong sudah tergabung dalam grup nulis kok masih nanya gimana cara menulis? Plak! Tolong sadarkan saya atas tulisan ini. Saya pernah ada diposisi ini. Tergabung dalam grup nulis, tiap hari membaca dan masih tanpa malu menanyakan bagaimana cara menulis. Setelah sekian lama terkurung dalam pertanyaan bodoh, akhirnya menyadari bahwa itu hanya mempermalukan diri sendiri.
'
Sudah sering baca kalau mau jadi penulis itu ya harus nulis. Menulis saja dulu apa yang ada dipikiran sekalipun hanya ide tulisan yang biasa saja. Banyak-banyak membaca, sebab bacaan itu adalah makanannya penulis. Begitu kata para penulis.
'
Jadi solusinya bagaimana? Ya sudah, beranikan diri saja untuk menulis. Orang yang menuntut ilmu di sekolah aja gak langsung pintar baca dan nulis. Step by step, kenali huruf, nulis satu-satu dan begitulah seterusnya sampai pintar. Untuk memiliki sebuah karya juga begitu, belajar dari karya yang sederhana barulah melahirkan karya yang luar biasa. Sudah berani? Lakukanlah. Tulis dan posting di grup dan biarkan tulisanmu menemukan takdirnya sendiri. Apakah mendapat sambutan hangat, dicuekin atau bisa jadi dicekal. Keberanian menulis di sana juga melatih mental lho. Monggo buktikan.
'
Menjebak si pemosting. Rada horror ya. Nah, dalam grup menulis saya tidak memakai adanya istilah senior atau junior. Saya lebih senang menyebut member lama dengan member baru. Saya pernah menjumpai kasus ini, bahkan merasa dapat teman yang sependapat ketika membahas ini di belakang layar. Plak! Gosip ceritanya.
'
Member lama yang dulunya aktif menulis di sana lalu hilang dari peredaran. Mungkin saja sibuk di dunia nyata dan memilih sebagai penyimak dulu. Lalu ada member baru yang menulis apalah itu. Sebuah tulisan yang menurut beliau menarik dan niatnya berkomentar hanya ingin menguji, baik itu ilmu maupun sikap penulisnya. Nah, jeng jeng. Kalau saja si penulis tidak cerdas menanggapi bisa saja dia menjelma sebagai member yang songong bin belagu. Hah. Plak! Sadis.
'
Iyalah. Member lama kadang pasang wajah dungu hanya ingin melihat karakter si penulis. Apakah dia benar pintar, sok pintar atau belajar pintar. Silakan simpulkan sendiri yang penting menanggapinya dengan santai jangan baper apalagi pakai urat. Saran saya sih, kalau ingin menjadi penulis sejak awal tanamkan sikap bersahaja sehingga ketika mendapat jebakan tidak akan terperosok kedalamnya.
'
Yang terakhir modus. Nih yang seru buat saya. Pengalaman? Iyalah. Saya pernah pura-pura ngotot minta diajarin ini itu cuma untuk menjalin komunikasi dengannya. Jangan ditiru. Boleh dekat ya tetap jangan baper, karena niat bergabung dalam grup nulis ya untuk melahirkan sebuah karya. Kalau bapernya sudah masuk dalam urusan asmara nanti urusannya ribet. Cinta di dunia maya itu jauh lebih sakit dari dunia nyata. 
'
Nah begitulah secuil cerita dalam grup kepenulisan. Silakan ambil yang baik dan tinggalkan keburukannya. Banyak membaca dan mempelajari keadaan bias menjadi satu ide tulisan. Lebih peka terhadap lingkungan sekitar juga cara sederhana menuangkan aksara dalam tulisan.
ZT, 27/09/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah berkunjung. Sila tinggalkan komentar yaaa :)