“Bikin cerpen begini gimana caranya?”
'
“Ajarin
buat tulisan begini dong.”
'
Pernah
gak menemukan contoh kalimat di atas? Tepatnya, siapa yang tergabung dalam grup
kepenulisan pasti akan menjawab pernah bahkan sering. Nah apa sih yang ada dalam
pikiran kita sebagai sesama pembaca sebuah tulisan dan apa pula tanggapan atas
komentar tersebut? Santai ya jangan pakai urat apalagi pakai otot. Hah. Basi
ternyata istilah itu.
'
Akhir-akhir
ini, grup kepenulisan menempati perhatian yang cukup baik bagi pengguna social
media. Terbukti banyaknya tumbuh dan berkembang grup yang mengasuh para member
untuk memuliakan hidup lewat tulisan.
'
Dari
sekian banyak member tentu kita akan menemukan anggota aktif atau silent
reader. Pengalaman saya sendiri, tergabung dalam sebuah grup menulis yang saat
ini sudah menampung ratusan ribu member hanya beberapa kali saja menulis di
sana. Itu juga setelah beberapa bulan tergabung, merasa diri terpanggil untuk
melakukan hal yang sama.
'
Pernahkah
saya melakukan hal di atas? Jawabnya pernah. Ketika saya masih menjadi silent
reader kemudian menemukan tulisan yang memukau, membuat klepek-klepek dan
apalah namanya terserah. Dan komentar di atas juga mengandung tujuan tertentu
pula. Ada yang benar-benar ingin belajar, ada yang hanya ingin menjebak si
pemosting ada pula yang hanya ingin modus. Santai. Maksudnya hanya ingin lebih
dekat dengan penulis, bias jadi dia nge-fans tulisan berikut orangnya.
Bolehkah? Boleh saja asal tidak baper alias bawa perasaan.
'
Loh
kok bisa berani menyimpulkan tujuan seperti itu? Sekali lagi santai, jangan
baper yak. Kesimpulan itu gak semata saya dapat dalam sehari bergabung. Dalam
kurun waktu setahun saya menangkapnya. Setelah melewati posisi silent reader,
berani menulis dan mengenal member dengan segala macam karakter dan tujuannya.
Saling berbagi informasi serta berita baik lewat social media maupun lewat
telepon seluler. Dari interaksi take n give inilah kita mengetahuinya.
'
Kita
bahas tujuan yang pertama. Benar ingin belajar menulis. Nah, di sini letak
dilemanya. Dilema bagaimana? Wong sudah tergabung dalam grup nulis kok masih
nanya gimana cara menulis? Plak! Tolong sadarkan saya atas tulisan ini. Saya
pernah ada diposisi ini. Tergabung dalam grup nulis, tiap hari membaca dan
masih tanpa malu menanyakan bagaimana cara menulis. Setelah sekian lama terkurung
dalam pertanyaan bodoh, akhirnya menyadari bahwa itu hanya mempermalukan diri
sendiri.
'
Sudah
sering baca kalau mau jadi penulis itu ya harus nulis. Menulis saja dulu apa
yang ada dipikiran sekalipun hanya ide tulisan yang biasa saja. Banyak-banyak
membaca, sebab bacaan itu adalah makanannya penulis. Begitu kata para penulis.
'
Jadi
solusinya bagaimana? Ya sudah, beranikan diri saja untuk menulis. Orang yang
menuntut ilmu di sekolah aja gak langsung pintar baca dan nulis. Step by step,
kenali huruf, nulis satu-satu dan begitulah seterusnya sampai pintar. Untuk
memiliki sebuah karya juga begitu, belajar dari karya yang sederhana barulah
melahirkan karya yang luar biasa. Sudah berani? Lakukanlah. Tulis dan posting
di grup dan biarkan tulisanmu menemukan takdirnya sendiri. Apakah mendapat sambutan
hangat, dicuekin atau bisa jadi dicekal. Keberanian menulis di sana juga
melatih mental lho. Monggo buktikan.
'
Menjebak
si pemosting. Rada horror ya. Nah, dalam grup menulis saya tidak memakai adanya
istilah senior atau junior. Saya lebih senang menyebut member lama dengan
member baru. Saya pernah menjumpai kasus ini, bahkan merasa dapat teman yang
sependapat ketika membahas ini di belakang layar. Plak! Gosip ceritanya.
'
Member
lama yang dulunya aktif menulis di sana lalu hilang dari peredaran. Mungkin
saja sibuk di dunia nyata dan memilih sebagai penyimak dulu. Lalu ada member
baru yang menulis apalah itu. Sebuah tulisan yang menurut beliau menarik dan
niatnya berkomentar hanya ingin menguji, baik itu ilmu maupun sikap penulisnya.
Nah, jeng jeng. Kalau saja si penulis tidak cerdas menanggapi bisa saja dia
menjelma sebagai member yang songong bin belagu. Hah. Plak! Sadis.
'
Iyalah.
Member lama kadang pasang wajah dungu hanya ingin melihat karakter si penulis.
Apakah dia benar pintar, sok pintar atau belajar pintar. Silakan simpulkan
sendiri yang penting menanggapinya dengan santai jangan baper apalagi pakai
urat. Saran saya sih, kalau ingin menjadi penulis sejak awal tanamkan sikap
bersahaja sehingga ketika mendapat jebakan tidak akan terperosok kedalamnya.
'
Yang
terakhir modus. Nih yang seru buat saya. Pengalaman? Iyalah. Saya pernah
pura-pura ngotot minta diajarin ini itu cuma untuk menjalin komunikasi
dengannya. Jangan ditiru. Boleh dekat ya tetap jangan baper, karena niat
bergabung dalam grup nulis ya untuk melahirkan sebuah karya. Kalau bapernya
sudah masuk dalam urusan asmara nanti urusannya ribet. Cinta di dunia maya itu
jauh lebih sakit dari dunia nyata.
'
Nah
begitulah secuil cerita dalam grup kepenulisan. Silakan ambil yang baik dan
tinggalkan keburukannya. Banyak membaca dan mempelajari keadaan bias menjadi
satu ide tulisan. Lebih peka terhadap lingkungan sekitar juga cara sederhana
menuangkan aksara dalam tulisan.
ZT,
27/09/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih sudah berkunjung. Sila tinggalkan komentar yaaa :)