Aku punya musuh, namanya rindu. Rindu itu kamu yang
mengharuskan aku merasakan dada menyesak karena rasa yang mungkin tak pernah
kau mengerti.
Bila saja boleh, tentu aku akan mengatakan kalau kau begitu
jahat. Kau tahu ini rindu, namun membiarkan aku harus mengeja luka karenanya.
Sengaja aku tak ingin larut dalam pengharapan yang belum
pasti, katamu kau selalu ada namun bukan untuk mendekapku dalam halal. Jahat
sekali, bukan?
Jadi wajar saja bila aku menyebut rindu sebagai musuh.
Jangan merasa kasihan apalagi sampai taraf iba, karena sejak aku menyatakan
‘bangkit’ dari luka masa lalu, aku takkan membiarkan diri ini sakit kembali.
Tak merelakan bila ada belas kasihan karena kisah yang kubagi bercerita tentang
adam yang berkhianat.
Aku tak ingin mencurangi diri sendiri dengan mencari tahu
tentangmu pada orang yang berada dalam lingkaran pertemanan. Aku melihatmu
dalam nyatanya adaku, namun aku tak mampu menyentuhmu dengan sebuah kata rindu.
Mungkin bisa saja dalam senyap aku menelisik semua tentangmu
dengan cara yang tak beradab, tapi itu bukan gadismu yang manja. Gadismu ini
ingin mendapatkan rasa yang tulus. Dari jauh sini aku selalu menghadiahimu doa
yang terbaik.
Malam Berhias Rindumu, Mas. Aku kangen …
ZT, 17/09/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih sudah berkunjung. Sila tinggalkan komentar yaaa :)